Memanen Laba di Tambak Juragan Udang Terbesar
Analis masih memasang target harga yang tinggi untuk saham Central Proteinaprima
JAKARTA. Produsen udang terbesar di Indonesia, PT Central Proteinprima Tbk (CPRO), telah menyelesaikan program revitalisasi tambak Wahyuni Mandiri (WM). Tapi, emiten berkode CPRO ini masih memiliki pekerjaan lain, yakni membenahi tambang udang Dipasena yang kini telah berganti nama jadi PT Aruna Wijaya Sakti (AWS).
Kini, program revitalisasi tambak udang AWS menjadi agenda penting CPRO. Mereka akan menjalankan program revitalisasi itu antara Juni 2008 hingga Juni 2009. Mereka berharap, program revitalisasi AWS bisa menambah jumlah tambak udang CPRO hingga sebanyak 5.900 tambak pada 2009.
Sekadar catatan, kini, CPRO memiliki 8.200 tambak udang. Perinciannya, 4.700 tambak udang merupakan milik WM dan sisanya milik Central Pertiwi Bahari. Artinya, jika semua rencana itu sukses, tambak udang CPRO akan menjadi 14.000 tambak pada 2009 nanti. "Jadi rencana bisnis kami tahun ini adalah revitalisasi Aruna Wijaya," ungkap Fajar Reksoprodjo, Komunikasi Korporasi CPRO.
CPRO berharap, pertambahan tambak itu bisa meningkatkan penjualan udang beku mereka. Fajar bilang, total penjualan udang beku CPRO pada 2007 mencapai 36.221 ton atau naik 19% dibandingkan setahun lalu. Sayang, manajemen CPRO tak mengungkapkan lebih rinci tentang kontribusi penjualan udang tambak AWS jika program revitalisasi tadi selesai.
Dampak tambak baru
Danny Eugene, Kepala Riset Sarijaya Permana Sekuritas menilai, bertambahnya tambak udang produktif akan meningkatkan penjualan udang beku CPRO hingga 130% tahun ini. "Setelah revitalisasi tahap satu selesai, penjualan udang beku CPRO jadi 70.000 ton," katanya. Lantas, setelah revitalisasi tahap kedua beres pada tahun 2009, Danny menghitung, penjualan udang beku CPRO akan naik jadi 90.000 ton.
Sementara, analis Samuel Sekuritas Indonesia Ike Rahmawati meramal, penjualan udang beku CPRO akan meningkat menjadi 82.839 ton pada tahun ini. Tapi, dia mengingatkan, bisnis pakan udang, pakan ikan, pakan ternak, dan udang kering juga menghasilkan pendapatan bagi CPRO. "Tapi, udang beku memberikan kontribusi terbesar, yakni 55,05%," kata Ike. Sedangkan pakan udang menyumbang pendapatan 17,50%, pakan ikan 18%, dan pakan ternak menyumbang 8%. "Sisanya dari udang kering," imbuh Ike.
Ike memberi catatan, udang beku produksi CPRO memiliki kualitas baik. "Mereka melakukan kontrol ketat," terangnya. Akibatnya, udang CPRO memiliki rasa yang enak. Selain itu, ukurannya juga besar.
Pada 2008 ini, Danny meramal, harga jual rata-rata udang beku cenderung stagnan dibandingkan tahun lalu, yaitu US$ 7,2 per kilo. Tapi, dengan kenaikan volume penjualan, Danny meramal, CPRO akan mencatatkan pendapatan Rp 9,26 triliun dan laba bersih Rp 428,16 miliar tahun ini. Padahal, 2007 lalu, CPRO hanya membukukan pendapatan Rp 6,09 triliun dan laba bersih Rp 357,79 miliar.
Karenanya, Danny merekomendasikan beli untuk saham CPRO. "Saya targetkan harga saham CPRO bisa Rp 560 per saham dalam dua belas bulan ke depan," ungkapnya.
Sedangkan Ike meramal, pendapatan CPRO akan meningkat menjadi Rp 7,96 triliun, dengan laba bersih Rp 507 miliar pada tahun ini. Karenanya, Ikke juga merekomendasikan beli untuk saham CPRO. "Tapi, melihat pergerakan CPRO yang stagnan dan tidak mencerminkan nilai wajarnya, kami mendiskon valuasi kami sebesar 20% menjadi Rp 625 per saham," katanya. Kemarin (24/6), saham CPRO dihargai Rp 245 per saham.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda