CPRO, TRUB dan UNSP Digoreng?
Arhya Winastu Satyagraha
Ahmad Munjin
INILAH.COM, Jakarta–Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali memantau perdagangan dan harga tidak wajar pada saham tiga perusahaan. Mungkinkah aksi goreng-menggoreng saham sudah terjadi lagi di bursa?
Arhya Winastu Satyagraha, Head of Research Trimegah Securities mengatakan, kenaikan harga beberapa saham yang tidak wajar di Bursa Efek Indonesia disebabkan oleh aksi korporasi perseroan. Kendati demikian, ia tidak menampik adanya kemungkinan aksi goreng menggoreng saham saat ini.
“Pasti ada yang belum terungkap di balik penguatan harga saham yang tidak biasa. Mungkin bandar tahu apa yang terjadi, tapi belum diinformasikan ke publik,” katanya kepada INILAH.COM.
Sebelumnya otoritas bursa memasukkan tiga emiten, yaitu PT Bakrie Sumatera Plantations (UNSP), PT Centralproteina Prima (CPRO), dan PT Truba Alam Manunggal Engineering (TRUB) dalam kategori aktivitas pasar tidak biasa atau unusual market activity (UMA). Hal ini dilakukan karena adanya peningkatan harga saham di luar kebiasaan dibandingkan periode sebelumnya
Berikut ini petikan lengkap wawancara Arhya dengan INILAH.COM.
Apa yang menyebabkan UNSP, TRUB, dan CPRO masuk dalam kategori unusual market activity?
Kemungkinan besar ada aksi korporasi yang bisa memicu peningkatan harga saham tersebut di luar kebiasaan. Kalaupun ada goreng-menggoreng, pasti ada alasan di belakangnya. Karena kalau tidak, saya rasa bandar pun takut.
Kalau tidak ada alasan kuat, kenaikan harga saham tersebut harus dipertanyakan. Jadi, feeling saya, pasti ada yang belum terungkap di balik penguatan harga saham yang tidak biasa. Mungkin bandar tahu apa yang terjadi, tapi belum diinformasikan ke publik.
Apa asumsi Anda?
Kita harus melihat begini, bisa saja ada aksi korporasi di sini. Aksi korporasi itu biasanya dapat menguntungkan atau meningkatkan nilai dari perusahaan itu. Apalagi kita tahu UNSP dan mungkin TRUBA, penurunannya drastis sekali dari harga tertinggi mereka. Kalau tidak salah TRUBA sempat menyentuh level Rp150 tahun lalu sebelumnya akhirnya jeblok ke Rp50 perak.
Pelemahan ke Rp50-an itu pasti harus ada alasannya. Kalau misalnya naik pun, atau ada aksi korporasi di sini, menurut saya seharusnya wajar. Toh sebelum harga sahamnya jatuh, memang sudah berada di 150-an. Tapi, kalau pergerakan di luar aksi korporasi, saya tidak tahu.
Maksud Anda?
Jujur saja, kalau bicara soal valuasi, saya rasa agak sulit untuk saham-saham seperti ini, khususnya TRUBA maupun CPRO. Kalau UNSP mungkin saja valuasinya masih menarik dengan harga CPO di level US$ 700 per ton. Mungkin ada faktor valuation . Jadi memang kita tunggu saja apa alasan mereka yang masuk akal dari jawaban manajemen masing-masing.
Bagaimana kemungkinan terjadinya kebocoran informasi?
Mungkin bisa jadi ada kebocoran informasi. Tapi kita harus kita lihat dulu dengan jawaban dari manajemen masing-masing terkait harga sahamnya. Saya tidak berani spekulasi di sini apakah saham ini digoreng, apakah terjadi kebocoran informasi.
BEI sudah meminta konfirmasi ke tiga emiten tersebut. Langkah tepat?
Yang diminta oleh BEI sudah tepat, dalam artian mereka meminta penjelasan alasan. Jawaban harus diberikan oleh emiten bersangkutan. Jika memang tidak ada, kemungkinan besar karena saham yang digoreng. Namun, ini sangat tergantung jawaban emiten.
UNSP mungkin menguat karena rencana yang akan diambil grup Bakrie terkait pelunasan utang atau repo mereka, serta peningkatan saham BNBR di UNSP. Mungkin ada kaitannya ke sana.
Kita tahu bahwa harga CPO sudah membaik dibandingkan harga tiga sampai empat bulan lalu. Jadi, ada harapan bahwa kinerja akan meningkat. Sedangkan saham TRUB dan CPRO, saya tidak terlalu memperhatikan. [E2]
Label: cpb, cpro cp prima aws cp bahari, wm
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda