2007Tambak Udang Terbesar se-Dunia Digenggam CPP

Trobos Utama
01 December
“Play maker”. Muncul di tengah kegamangan dan loyo, menggandeng rekayasa genetik dan raksasa regional, menawarkan harapan konkret di tengah hujan wacana dan gemuruh keakanan yang semu.
Lega sudah. Yakni ketika Jumat 23 November 2007 lalu CPP (PT Central Proteinaprima,Tbk) yang anggota Konsorsium Neptune itu menandatangani PKS (Perjanjian Kerjasama Kemitraan) usaha perikanan pola TIR (Tambak Inti Rakyat) yang tergabung dalam perusahaan inti, PT Wahyuni Mandira (WM). Penandatanganan ini menandai langkah pertama CPP yang menjadi pengelola tambak udang “terbesar di Asia” yang sebelum krismon terjadi, berada di genggaman grup Syamsul Nursalim.Tentu saja, penandatanganan PKS itu tidak otomatis berarti target produksi udang 2007 yang dipatok Menteri DKP Freddy Numberi 410.000 ton bakal terlampaui. Banyak kendala yang menghadang perudangan nasional. Jadi kalau bisa mencapai 327.000 ton seperti 2006, itu sudah sangat bagus. Demikian halnya dengan target 2009 yang dipatok sekitar 540.000 ton, pastilah akan menjadi omongkosong besar bila tidak dari sekarang pemerintah menggeber perbaikan dan pembangunan infrastruktur. Sungguhpun demikian, dengan turun tangannya CPP yang segera melakukan revitalisasi atas 20.000 ha dari 50.000 ha lahan konsesi WM, maka 3.228 tambak-plasma dan 2.688 tambak-perusahaan yang ada di sana, berpeluang menaikkan angka produksi sekitar 200%. Ini nyata, bukan wacana hiburan. Antaralain karena lahan konsesi itu, ungkap Corporate Communication Director CPP – Rizal Shahab, lebih luas ketimbang yang ditangani perusahaan intiplasma senauangan, Aruna Wijaya Sakti (AWS) di Tulangbawang – Lampung, 16.030 ha tambak dari 16.250 ha lahan konsesinya. Lebih dari itu, dari 3 perusahaan intiplasma lahan konsesi 50.000 ha itu segera menjadi lapangan kerja bagi 38.000 petambak yang 12.500 diantaranya adalah karyawan-penuh.
Belum rinciSuparmin, fungsionaris petambak plasma WM, menilai penadatanganan PKS memberi kepastian agar pelaksanaan kemitraan dan kelangsungan usaha berhasil lestari. Ini dikokohkan oleh SOP (Standard Operating Procedures = baku teknis berstandar internsional). Bagi Suparmin PKS memberi kejelasan pola kerjasama kemitraan yang menjamin dicapainya target revitalisasi: meningkatkan produksi, meningkatkan kesejahteraan plasma, karyawan, dan perusahaan. Tetapi Suparmin berterusterang, PKS yang baru ditandatangani itu masih memerlukan vertikalisasi. Rincian substansial dan riil. Sehingga azas keterbukaannya terpenuhi, saling menguntungkan.Cukup lama kahlayak menanti kesudahan dari “tragedi” PT Dipasena Citra Darmaja (DCD) di tahun 1997 ketika ia dihajar krismon. Ia pernah punya nama beken sebagai produsen udang terbesar di dunia. Dari sebagian kecil lahan konsesinya yang 186.250 ha dan digarap oleh tak kurang dari 9.600 petambak plasma dengan 11.000 buruh, DCD 1966 mampu menggenjot ekspor mencapai tak kurang dari 19.860 ton udang windu senilai US$ 167 juta. Ketika PT PPA (Perusahaan Pengelola Aset) menggantikan tangan Nursalim, DCD nyaris seakan “tak bertuan”. Silang sengketa antara inti dengan plasma yang kemudian secara sporadik muncul, berandil besar memerosotkan produksi. Data pertengahan 2007 menunjukkan produksi DCD tinggal sekitar 75.000 ton per tahun.Sangat boleh jadi itu sebabnya mengapa CPP yang kini memegang kendali, berencana segera menggenjot kapasitas produksi tak kurang 150% dari angka sekarang, sekitar 74.700 ton, menjadi sekitar 187.000 ton per tahun. Caranya, antara lain dengan menambah 580 tambak di 2007, dan 700 tambak untuk 2008, lalu 1.200 tambak untuk 2009. Jumlah keseluruhannya menjadi 6.330 tambak plasma maupun perseroan.Bagaimanapun, kehadiran penuh CPP – yang adalah kepanjangan kaki Charoen Pokphand – di pertambakan raksasa itu mengingatkan orang akan apa yang seharusnya sudah lama bisa dicapai Indonesia sebagai negara maritim dengan garis pantai terpanjang di dunia, 81.000 km ! Ambisi Menteri Freddy Numberi untuk memanen 410.000 ton udang sesungguhnya masuk akal bila hanya dikaitkan dengan perkiraan kenaikan luas lahan perudangan menjadi 179.233 ha. Demikian halnya dengan target panen 2008 sekitar 470.000 ton udang dari perkiraan lahan 226.472 ha. Dan pada 2009 target panen sekitar 540.000 ton udang dari perluasan lahan yang diharapkan sudah mencapai 262.357 ha.